Prihatin saya begitu melihat berita disana sini yang menegaskan bahwa tingkat kelulusan UN di negeri ini merosot. bahkan ada sekolah yang siswanya 50% tidak lulus UN. miriss sekali rasanya, mengapa sistem pembelajaran di negeri tidak juga menjadi membaik? dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah ketika siswa dan siswi yang dinyatakan tidak lulus UN ini menjadi histeris, macam-macam reaksi dari mereka. mulai dari menangis, pingsan, marah, memaki, merusuh di sekolah, bahkan ada yang sampai nekat untuk menenggak racun serangga. mereka berasumsi bahwa jika tidak lulus UN adalah akhir dari hidup ini. padahal UN hanyalah sebagian kecil proses yang mereka jalani. UN bukanlah akhir dari tujuan hidup ini.
Lalu siapa yang harus dipersalahkan jika banyak adik adik kita tidak dapat lulus UN? siswa kah? guru kah? atau kebijakan dari pemerintahannya? Nampaknya semua harus dikaji ulang.. Semua parameter yang saya sebutkan tadi mempunyai peran yang penting bagi si UN ini. pertama adalah kesiapan siswa untuk menempuh UN. waktu tahun 2006, saya juga sempat merasakan yang namanya Ujian Negara, saat itu saya sebagai siswai menganggap "pantaskan hasil belajar kita selama 3 tahun hanya di tentukan dalam 3 hari masa ujian dan hanya di tentukan oleh selembar kertas ujian?" jawaban dalam benak saya saat itu TIDAK.. kemudia saya kaji lagi pemikiran saya ini, "apa selama belajar di sekolah selama 3 tahun saya mendapat ilmu?" pastilah jawabannya IYA. lalu mengapa saya harus takut akan UN? anggaplah UN seperti ujian biasa. tidak menggap UN sesuatu momok yang sangat mengerikan. karena saat kita berasumsi seperti itu, maka dapat saya pastikan, semua pelajaran yang masuk kedalam otak siswa/i ini tidak akan bertahan lama (karena terlalu banyak berfikir tentang ketakutan akan tidak lulus UN). dapat dipastikan juga psikologi dari siswa/i ini akan tertekan. hal ini lah yang menjadi prosentase paling besar dari segi siswa/i yang tidak lulus UN.padahal jika mereka lebih santai menanggapi UN ini, mungkin mereka bisa lebih rilex dan konsentrasi dalam mengerjakan soal.
Parameter ke 2 adalah dari kebijkan pemerintah dalam menentukan UN sebagai "standar" untuk lulus. mengapa saya mengapai tanda kutip untuk kata standar? karena saya ingin menekankan lagi "seperti apa ukuran standar pembelajaran di negeri ini?". jika kita lihat ke pelosok-pelosok negeri ini, pembelajaran yang dilakukan disana belum sampai pada standar. lalu mengapa kebijkan pemerintah menyamaratakan nilai standar untuk SETIAP daerah? seharusnya pemerintah belajar dari kesalahan di tahun kemarin. jika tahun lalu dengan nilai yang menurut mereka standar saja banyak yang tidak lulus, apalagi tahun ini yang nilainya standarnya kembali naik? mungkin maksud dari kebijakan pemerintah adalah ingin menjadikan anak bangsa ini LEBIH dibanding sebelum-sebelumnya. tapi apakah pemerintah memikirkan dampak dari kebijakan yang mereka buat? bangsa kita belum mampu untuk menerima hal baru secara cepat.
parameter terakhir adalah para pengajar atau guru. apakah kualitas dari setiap guru di tiap sekolah di negeri sama? jawabannya belum. hanya di kota kota besar saja yang memilki kualitas guru yang hebat. namun di kota kota kecil? kualitas dari pengajaran guru-guru ini juga sangat penting bagi keberhasilan siswa saat akan menghadapi UN.
Kita kembali ke judul yang saya angkat pada tulisan saya ini. "siapa yang harus di persalahkan?" jawabannya adalah tidak ada yang salah. karena sebenarnya negeri ini belum mampu untuk menerapkan UN sebagai standar kelulusan yang murni.
Untuk para adik-adik yang saat ini belum lulus UN, ingat UN bukanlah akhir dari hidup kalian. masa depan kalian masihh sangat panjang. masih ada UN susulan, pergunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya untuk kalian meraih masa depan kalian yang lebih cerah!! SEMANGAT!! jangan pernah menyerah!! :)
Parameter ke 2 adalah dari kebijkan pemerintah dalam menentukan UN sebagai "standar" untuk lulus. mengapa saya mengapai tanda kutip untuk kata standar? karena saya ingin menekankan lagi "seperti apa ukuran standar pembelajaran di negeri ini?". jika kita lihat ke pelosok-pelosok negeri ini, pembelajaran yang dilakukan disana belum sampai pada standar. lalu mengapa kebijkan pemerintah menyamaratakan nilai standar untuk SETIAP daerah? seharusnya pemerintah belajar dari kesalahan di tahun kemarin. jika tahun lalu dengan nilai yang menurut mereka standar saja banyak yang tidak lulus, apalagi tahun ini yang nilainya standarnya kembali naik? mungkin maksud dari kebijakan pemerintah adalah ingin menjadikan anak bangsa ini LEBIH dibanding sebelum-sebelumnya. tapi apakah pemerintah memikirkan dampak dari kebijakan yang mereka buat? bangsa kita belum mampu untuk menerima hal baru secara cepat.
parameter terakhir adalah para pengajar atau guru. apakah kualitas dari setiap guru di tiap sekolah di negeri sama? jawabannya belum. hanya di kota kota besar saja yang memilki kualitas guru yang hebat. namun di kota kota kecil? kualitas dari pengajaran guru-guru ini juga sangat penting bagi keberhasilan siswa saat akan menghadapi UN.
Kita kembali ke judul yang saya angkat pada tulisan saya ini. "siapa yang harus di persalahkan?" jawabannya adalah tidak ada yang salah. karena sebenarnya negeri ini belum mampu untuk menerapkan UN sebagai standar kelulusan yang murni.
Untuk para adik-adik yang saat ini belum lulus UN, ingat UN bukanlah akhir dari hidup kalian. masa depan kalian masihh sangat panjang. masih ada UN susulan, pergunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya untuk kalian meraih masa depan kalian yang lebih cerah!! SEMANGAT!! jangan pernah menyerah!! :)
No comments:
Post a Comment